Kisah Saudagar Tak Percaya Rezeki Datang dari Allah

Foto Ilustrasi
Foto Ilustrasi.

Kisah Sufi ini disarikan oleh : Ayah Guru *

Ini termasuk kisah dongeng termashyur dari Timur Tengah. Dikisahkan, ada seorang saudagar kaya yang tak percaya bahwa rezeki itu datang dari Allah SWT.

Bacaan Lainnya

Rezeki semua mahluk hidup di dunia ini, sebenarnya sudah diatur sedemikian rupa oleh Sang Maha Pencipta. Sehingga, apapun kerja dan usaha seseorang, hasilnya tetap ditentukan oleh Allah SWT.

Tersebutlah di satu daerah di Timur Tengah, ada seorang saudagar yang menolak percaya bahwa rezeki itu datang dari Allah SWT.

Ia sangat percaya bahwa rezeki itu datang dari usaha manusia itu sendiri. Semakin giat ia berusaha, semakin besar rezeki yang bakal ia peroleh.

Satu saat, saudagar ini berniat membuktikan bahwa rezeki bukan Allah SWT yang mengatur. Melainkan dirinya sendiri.

Sakit nekatnya ingin membuktikan, saudagar itu berjalan jauh hingga ke gurun pasir tak bertuan.

Ia mencari satu gua yang sepi dan tak pernah dikunjungi siapapun di gurun pasir itu. Ketemulah dia dengan gua yang dicarinya.

Gua itu berada di tengah gurun pasir. Tak ada tanda tanda pernah dikunjungi orang. Saudagar ini sangat senang. Lalu ia masuk ke dalam gua itu.

Sesampai di dalam, ditutupnya pintu gua dengan batu batu yang ada. Sehingga akses masuk ke gua itu sudah tidak ada lagi.

“Sekarang saya sendirian di dalam gua. Tak ada siapapun yang tahu saya di sini,” ujar saudagar itu dalam hati.

Ia lalu berjalan ke bagian dalam gua. Kemudian berbaring di satu sudut gua itu.

“Saya sendirian di sini. Mana rezeki dari Allah? Pokoknya tidak ada sesiapapun yang tahu saya di sini,” tegasnya dalam hati.

Setelah beberapa saat berada di dalam gua itu, tiba tiba di luar terjadi badai besar.

Ada satu rombongan musafir yang berjalan di gurun pasir. Karena badai, mereka berupaya mencari tempat perlindungan. Sampailah rombongan itu di pintu gua yang tertutup.

Disebabkan badai makin kencang, rombongan itu ramai ramai memaksa membuka pintu gua. Dan mereka berhasil. Pintu gua terbuka, bergegas semuanya masuk ke dalam gua yang di dalamnya ada saudagar tersebut.

Saudagar yang tadi mendengar suara suara, langsung berbaring kaku.

“Pokoknya saya tak percaya rezeki dari Allah. Tak mungkin Allah ngantar saya makanan,” gumam saudagar yang keras hati itu.

Sementara, rombongan musafir yang sudah berada di dalam gua, melihat ada seseorang yang tidur terbujur kaku di satu sudut.

Mereka saling bersitatap dan bertanya tanya apakah orang itu masih hidup atau sudah mati.

Mereka lalu mendekati si saudagar keras hati itu. Diperiksanya tubuh saudagar itu, ternyata masih hidup.

Namun saudagar itu tetap keras hati. Ia mengeraskan tubuhnya, lalu menutup mulutnya rapat rapat. Tak dipedulikannya pertanyaan pertanyaan dan perhatian rombongan musafir itu.

“Sepertinya orang ini sakit. Harus dikasih makan dan minum,” usul salah seorang dari rombongan itu.

Rekan rekannya setuju. Mereka berusaha memberi saudagar itu minum dan makan. Tetapi si saudagar tetap mengunci mulutnya.

“Pokoknya rezeki bukan dari Allah. Saya tak mau makan, tak mau minum,” kata saudagar itu dalam hati.

Semakin keras usaha Si Saudagar itu menolak makan dan minum, semakin keras pula usaha rombongan musafir memaksa ia makan dan minum.

Sampai sampai, mereka berbagi tugas. Seorang memegang kaki, yang lain megang tangan, ada yang megang kepala dan ada pula yang membuka paksa mulut Si Saudagar itu.

Dan… akhirnya air minum masuk ke dalam tenggorokan Si Saudagar. Begitu pula roti, masuk juga ke dalam mulut Si Saudagar. Makanlah dan minumlah akhirnya Si Saudagar itu.

Setelah itu, Si Saudagar menangis tersedu sedu. Ia seketika percaya bahwa jika Allah sudah berkehendak memberi seseorang rezeki, walau di gua sekalipun, tetap saja rezeki akan datang.

Begitulah kerja Allah SWT. Maut, jodoh, rezeki, semua Dia yang atur.

Ketika sudah rezeki itu merupakan hak seseorang, maka akan diantar Allah SWT langsung lewat tangan tangan orang lain.

Subhanallah… Maha Suci Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.(Kisah ini ditulis ulang oleh Monas Junior)

* Ayah Guru, panggilan mulia murid kepada Guru Tasawuf di Surau Ar-Rahmanul Mursyida di Lubuk Minturun Padang Sumatera Barat, YML Sayyidi Syekh Asrul Bakar (murid YML Sayyidi Syekh Prof Kadiru Yahya). Cerita ini disarikannya dari cerita negeri Timur Tengah.

Sumber: Jambiseru.com

Pos terkait