Cerpen Jambi : Golden Rose
By : Daru Pratomo
Kala itu…
Lama sudah, aku lupa kapan, aku kedatangan tiga orang tamu dari jakarta, ibukota negeri Indonesia ini. Jujur aku takjub pada tamuku ini. Mereka ibu-ibu umur empat puluhan, energik, smart, modis, dan very nice looking. Mereka mau investasi di kotaku.
Mereka ceritakan many kind of experiences-nya di several places. Ada di Ambon, di Kupang, di Surabaya, di Semarang, dan lain-lain. Ada foto-fotonya dalam laptop.
Wuih, hebat juga, pikirku.
Dengan gaya bak artis Maria Ozawa, dia angkat lututnya ke atas lututnya yang lain…
Wow.
Subhanallah…
Aku bersyukur bisa cepat memalingkan muka demi kesopanan.
“just a few minutes, lho.”Dia melanjutkan.”Kami offering to your goverment, my lovely secretary,”katanya memujiku,”Untuk investasi dalam bentuk super block…”
Dengan reasons beribu reasons. Singkat kata, kami – aku atas petunjuk atasanku – menyetujuinya.
Deal.
Sejak saat itu dia sering minta saran dan komunikasi dengankum Never mind. Hampir dua bulan kemudian si molek tidak pernah ada komunikasi tindak lanjut dari penawaran itu.
Atasanku memberi perintah kepadaku untuk memantau hal lain.
Kuhubungi HP dan WA-nya. Berulang-ulang. No answer. No reply. Ya, udah, sebodoh amat, pikirku.
Ternyata si molek menjawab dan wish to talk with me by phone. Rupanya dia sakit berat. Almost stroke, tidak bisa jalan.
Astaghfirullah…
“Masya Allah…”desisku.
Dia meratap dan bercerita.
“Many men, people, were praising me,”katanya. “Memujiku dan mengagumiku. Aku terlena tersanjung, dan kuhabiskan waktuku untuk bisnis. Lalu berbagai masalah mengelilingiku, membutuhkan energi dan pikiran. Harus cepat smart, dan bertubi-tubi.”
“Waduh, capek banget dong, kamu,”kataku.
“Ya,” jawabnya. “Setiap hari jam sepuluh malam baru pulang ke rumah, ga sempat ngobrol sama family…”Dia terisak.
“Mereka menjuluki aku mawar emas, golden rose.”
Suaranya tertawa genit setelah itu.
“Hebat, hebat…!” selaku. “Terus, apalagi yang kurang?”
Dia naikkan intonasi suaranya menjawab.
“Empty…empty…lonely…saya susah tidur. Saya harus minum obat, dan sekarang saya kena stroke, meski belum parah…”
Terisak. Tersedu…
“Wah…” (muncul keisengan naluri kelaki-lakianku – GR)
“Jangan menangis, jangan meratap. Kamu saat ini memerlukan kasih. Ketulusan kasih dan belayangan cinta.”
Wooo… seperti Casanova saja aku merayu, tapi bukan ngeres, niat untuk membuat tenang saja.
Amazing memang, sutradara dunia memang bukan main. Above everything, di atas segalanya. Dia berikan kebahagiaan atas usaha manusia itu sendiri, dengan melengkapi kekurangannya, kesepian.
Aku closing by SMS. GR.
“Please dont sell yout life for money. Look up to the Holy Love.”
Dia membalas.
“TQ my friend. Youre always on my mind.”
Ya Allah jangan jadikan aku orang yang kesepian dalam keramaian. Orang yang kayaa raya dalam kemiskinan kasih.
Kasih-Mu, senyum-Mu adalah segalanya. Amin. (***)
Jambi, 01 Juli 2015 DP
Cerpen ini dimuat di buku “Ajari Aku Mencintaimu” oleh Daru Pratomo (mantan Sekretaris Daerah Kota Jambi) tahun terbit 2015. Buku ini disarikan oleh Meiliana K Tansri (Novelis Jambi). Nomor ISBN buku ini 027101937-9 dan 978602710-8.